Robinhood vs Base: Pilih L2 Baru?

Robinhood Mainkan Strategi Jangka Panjang

Saya jujur: Robinhood tidak buru-buru masuk blockchain karena tiba-tiba suka desentralisasi. Tidak, ini rencana matang. Sejak awal 2024, perusahaan diam-diam membangun fondasi—mendapatkan lisensi broker Eropa, mengakuisisi Bitstamp, serta menjajaki kejelasan regulasi token aman. Kini mereka legal menawarkan saham di Eropa—mengapa tidak pakai teknologi on-chain?

Saya lihat banyak fintech melompat tren tanpa strategi. Tapi Robinhood? Mereka main catur sementara yang lain masih belajar catur.

Mengapa Arbitrum Lebih Unggul?

Jangan tertipu: kompatibilitas EVM bukan sekadar praktis—ini soal eksistensi. Jika Anda bangun di Ethereum tapi tak ingin ubah tim pengembang atau rebuild kontrak dari nol, Arbitrum adalah teman terbaik Anda.

ZK Rollup memang keren tapi mahal dan lambat adopsinya skala besar. Untuk basis pengguna 18 juta di Amerika Utara dan tumbuh di Eropa, latensi bukan pilihan.

Coinbase punya Base. Apakah Robinhood akan bangun di L2 rival terbesarnya? Itu seperti pesan pizza dari Domino’s sambil mengelola waralaba Papa John’s.

Arbitrum Chains memungkinkan penciptaan L2 otonom—cocok untuk perusahaan yang ingin kuasa branding tanpa jadi tiruan.

Pilihan Tiru atau Cipta

Kritikus berseru: “Ini hanya Base dengan merek baru!” Benar—ada kesamaan permukaan: ekosistem terbuka, integrasi DeFi, insentif pengembang… semua ada.

Tapi inilah yang sering dilewatkan: konteks penting.

Base diluncurkan 2023 dengan hype besar—tapi pengguna nyata hanya kalangan kripto murni. Robinhood bawa jutaan trader ritel yang belum pernah pegang dompet digital.

Ini bukan soal bangun ekosistem baru—tapi ubah investor pasif jadi aktif dalam keuangan digital.

Menerjemahkan saham Apple atau Tesla bukan hal revolusioner—tapi membuatnya bisa diperdagangkan lintas batas lewat aplikasi sederhana? Itu ubah segalanya bagi pemegang non-AS yang rindukan akses ke aset AS.